Yerusalem baru sebagai gambaran kemuliaan Allah yang akan turun dan tinggal diantara umatNya. Pilihan kata yang dipakai pada kata “baru” menurut bahasa aslinya adalah “kainos” yang artinya lahir baru, jadi bukan kota Yerusalem yang kudus, tetapi karena kita telah lahir baru dan Allah ada di tengah-tengah kita, maka kota itu menjadi kudus.
Simbol 12 yang ada pada ukuran kota Yerusalem yang disebutkan di kitab Wahyu, merupakan suatu tanda kepenuhan akan janji akan umatNya dan merupakan gambaran fisik sesuatu yang luar biasa indah yang dapat terjadi karena keberadaan Anak Domba Allah di tengah-tengah umatNya. Keberadaan Allah di tengah-tengah umatNya dapat pula digambarkan sebagai kedamaian dan kekudusan kekal di tengah-tengah dunia karena keberadaan Allah.
Segala bentuk gambaran yang dijelaskan oleh penulis kitab Wahyu merupakan simbol dan gambaran tentang kemuliaan dan keagungan Allah yang meliputi seluruh bumi, bukan hanya di Yerusalem. Melalui kita ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Allah tidak pernah melupakan janjiNya kepada orang-orang yang percaya bahwa sekali waktu kita yang percaya dan hidup benar di hadapan Allah, akan memperoleh kemuliaan bersama-sama dengan Allah. Melalui kitab ini pula kita dapat mengetahui bahwa semua yang digambarkan oleh penulis kitab Wahyu merupakan sebuah simbol yang tidak dapat diartikan secara harafiah, karena dapat menimbulkan kebingungan di antara umat sendiri.(YN)
Simbol 12 yang ada pada ukuran kota Yerusalem yang disebutkan di kitab Wahyu, merupakan suatu tanda kepenuhan akan janji akan umatNya dan merupakan gambaran fisik sesuatu yang luar biasa indah yang dapat terjadi karena keberadaan Anak Domba Allah di tengah-tengah umatNya. Keberadaan Allah di tengah-tengah umatNya dapat pula digambarkan sebagai kedamaian dan kekudusan kekal di tengah-tengah dunia karena keberadaan Allah.
Segala bentuk gambaran yang dijelaskan oleh penulis kitab Wahyu merupakan simbol dan gambaran tentang kemuliaan dan keagungan Allah yang meliputi seluruh bumi, bukan hanya di Yerusalem. Melalui kita ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Allah tidak pernah melupakan janjiNya kepada orang-orang yang percaya bahwa sekali waktu kita yang percaya dan hidup benar di hadapan Allah, akan memperoleh kemuliaan bersama-sama dengan Allah. Melalui kitab ini pula kita dapat mengetahui bahwa semua yang digambarkan oleh penulis kitab Wahyu merupakan sebuah simbol yang tidak dapat diartikan secara harafiah, karena dapat menimbulkan kebingungan di antara umat sendiri.(YN)