Secara etimologi 4 istilah ini mempunyai arti sebagai berikut : love = cinta, affection = kasih sayang, lust = nafsu/birahi, dan desires = Hasrat. Dari arti tersebut mungkin terbersit dalam benak kita ada yang mempunyai arti positif dan negatif. Bagaimana kalau 4 istilah tersebut berjalan secara bersama?
Kita akan belajar dari kisah Adam dan Hawa dalam Kejadian 2 : 18 – 21 bagaimana Adam memutuskan bahwa Hawa itu adalah penolongnya yang sepadan. Tuhan membentuk tanah, segala binatang hutan, dan segala burung di udara (ayt 19), karena Tuhan melihat bahwa manusia tidak baik seorang diri (ayt 18), namun ketika Tuhan membawakan segala makhluk tersebut, Adam sendiri tidak melihat adanya penolong yang sepadan dengan dia (ayt 20). Itu berarti bahwa Adam mebutuhkan penolong yang sepadan dengan dia. Kemudian Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, dan Adam sendiri yang memutuskan, “Inilah dia, tulang dari tulangku, daging dari dagingku.” (ayt 23).
Dari kisah Adam dan Hawa kita diajarkan bahwa untuk memutuskan tentang pasangan hidup dimulai dari kebutuhan kita tentang pasangan hidup. Ketika kita bawa pergumulan kita kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan proses sampai kita sendiri memutuskan siapa yang menjadi pasangan kita. Sebagai contoh ketika kita diperhadapkan dengan beberapa pilihan, mungkin kita bingung karena masing2 mempunyai kelebihan dan kekurangan , tetapi ketika kita memiliki love, affection, lust, desires dengan baik, maka kita akan sampai pada titik dimana kita memutuskan, “Inilah pasanganku.”
Pada saat kita pacaran seringkali kita rindu atau kangen dan mempunyai hasrat untuk bertemu, itu wajar selama berada dalam lingkup Tuhan. Kasih yang berasal dari Tuhan tidak akan mencelakai pasangan kita dan akan menjaga kasih itu agar terbina dengan baik. Sebaliknya kasih yang bukan berasal dari Tuhan akan merusak pasangan kita dengan cara melakukan hubungan seolah-olah suami-istri sebelum menikah sehingga itu hanya akan mempermalukan pasangan kita. Dalam Matius 5:27-29 dikatakan pada saat kita memandang lawan jenis kita dan menginginkannya itu sudah berzinah dalam hati, jadi berzinah itu tidak hanya pada saat kita melakukan tetapi berzinah itu juga bisa terjadi dalam hati dan pikiran kita.
Terus apa saja yang kita lakukan pada saat kita pacaran? Mengenal pasangan kita. Kitalah yang akan hidup seumur hidup dengan pasangan kita. Matius 19:6 mengatakan apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Jangan sampai setelah kita menikah, kita baru menyesal, “Ah kenapa saya mau sama dia?” atau yang lebih aneh lagi bila kita sampai berkata, “Kalau saya tau dia seperti itu, maka saya tidak mau menikah dengannya.” Kalau kita tidak mau hal tersebut terjadi, maka selama pacaran inilah kita harus mengenal baik-baik seperti apa pasangan kita. Bukan mengenal bentuk tubuhnya tetapi mengenal sifat dan pribadinya baik yang positif maupun yang negatif sebelum kita melangkah ke pernikahan. Pernikahan merupakan rencana Tuhan seperti yang dikatakan dalam Kejadian 2:18 “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya.”
Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa love, affection, lust, desires itu wajar selama kita menggunakan secara proposional sesuai dengan kehendak Tuhan. Love, affection akan sulit dinyatakan kepada pasangan kita tanpa disertai lust dan desires dimana keempat istilah tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang akan kita lakukan sesuai dengan kehendakNya.
Kita akan belajar dari kisah Adam dan Hawa dalam Kejadian 2 : 18 – 21 bagaimana Adam memutuskan bahwa Hawa itu adalah penolongnya yang sepadan. Tuhan membentuk tanah, segala binatang hutan, dan segala burung di udara (ayt 19), karena Tuhan melihat bahwa manusia tidak baik seorang diri (ayt 18), namun ketika Tuhan membawakan segala makhluk tersebut, Adam sendiri tidak melihat adanya penolong yang sepadan dengan dia (ayt 20). Itu berarti bahwa Adam mebutuhkan penolong yang sepadan dengan dia. Kemudian Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, dan Adam sendiri yang memutuskan, “Inilah dia, tulang dari tulangku, daging dari dagingku.” (ayt 23).
Dari kisah Adam dan Hawa kita diajarkan bahwa untuk memutuskan tentang pasangan hidup dimulai dari kebutuhan kita tentang pasangan hidup. Ketika kita bawa pergumulan kita kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan proses sampai kita sendiri memutuskan siapa yang menjadi pasangan kita. Sebagai contoh ketika kita diperhadapkan dengan beberapa pilihan, mungkin kita bingung karena masing2 mempunyai kelebihan dan kekurangan , tetapi ketika kita memiliki love, affection, lust, desires dengan baik, maka kita akan sampai pada titik dimana kita memutuskan, “Inilah pasanganku.”
Pada saat kita pacaran seringkali kita rindu atau kangen dan mempunyai hasrat untuk bertemu, itu wajar selama berada dalam lingkup Tuhan. Kasih yang berasal dari Tuhan tidak akan mencelakai pasangan kita dan akan menjaga kasih itu agar terbina dengan baik. Sebaliknya kasih yang bukan berasal dari Tuhan akan merusak pasangan kita dengan cara melakukan hubungan seolah-olah suami-istri sebelum menikah sehingga itu hanya akan mempermalukan pasangan kita. Dalam Matius 5:27-29 dikatakan pada saat kita memandang lawan jenis kita dan menginginkannya itu sudah berzinah dalam hati, jadi berzinah itu tidak hanya pada saat kita melakukan tetapi berzinah itu juga bisa terjadi dalam hati dan pikiran kita.
Terus apa saja yang kita lakukan pada saat kita pacaran? Mengenal pasangan kita. Kitalah yang akan hidup seumur hidup dengan pasangan kita. Matius 19:6 mengatakan apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Jangan sampai setelah kita menikah, kita baru menyesal, “Ah kenapa saya mau sama dia?” atau yang lebih aneh lagi bila kita sampai berkata, “Kalau saya tau dia seperti itu, maka saya tidak mau menikah dengannya.” Kalau kita tidak mau hal tersebut terjadi, maka selama pacaran inilah kita harus mengenal baik-baik seperti apa pasangan kita. Bukan mengenal bentuk tubuhnya tetapi mengenal sifat dan pribadinya baik yang positif maupun yang negatif sebelum kita melangkah ke pernikahan. Pernikahan merupakan rencana Tuhan seperti yang dikatakan dalam Kejadian 2:18 “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya.”
Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa love, affection, lust, desires itu wajar selama kita menggunakan secara proposional sesuai dengan kehendak Tuhan. Love, affection akan sulit dinyatakan kepada pasangan kita tanpa disertai lust dan desires dimana keempat istilah tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang akan kita lakukan sesuai dengan kehendakNya.
by: Nira