Persembahan persepuluhan menjadi perbincangan yang menarik, karena banyak hal seputar persembahan ini yang masih menjadi tanda tanya. Misalnya, tatkala kita mempertanyakan wajib atau tidaknya memberikan persembahan persepuluhan, atau sepersepuluh dari penghasilan yang mana.
Alkitab dalam Perjanjian Lama mencatat beberapa nama yang memberikan persembahan persepuluhan:
1. Abraham memberikan sepersepuluh dari penghasilannya kepada Melkisedek (Kejadian 14:17-20).
2. Yakub menjanjikan untuk mempersembahkan sepersepuluh dari semua yang dimilikinya kepada Allah (Kejadian 28:20-22).
3. Musa menetapkan persembahan persepuluhan sebagai hukum yang harus ditaati (Imamat 27:30-32 dan Maleakhi 3:8).
Akan tetapi, sebagian orang berpendapat bahwa persembahan persepuluhan ini bukanlah hal yang wajib dilakukan, karena dalam Perjanjian Baru pun tidak ada ayat yang menegaskan kewajiban memberi persepuluhan. Sekarang, bagaimana sikap kita sebaiknya?
Baiklah kita meneladani sikap Tuhan Yesus. Dalam hal persembahan, Tuhan Yesus tidak menekankan jumlah, tapi pada motivasi dan konsep yang mendasari persembahan itu. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan segalanya untuk menyelamatkan kita, layakkah kita menghitung-hitung besarnya persembahan yang kita berikan? Persembahan yang diberikan dengan kesungguhan hati, kerelaan, dan sukacita jauh lebih berharga di mata Tuhan, dibandingkan dengan jumlahnya.
Apapun bentuk persembahannya, termasuk persembahan sulung (persembahan yang pertama kali diberikan dari hasil usaha kita yang utama), seharusnya diberikan dengan motivasi yang benar semata-mata ungkapan syukur atas berkat yang diberikanNya kepada kita. Hal penting lainnya di balik persembahan persepuluhan adalah memberi persembahan kepada Tuhan harus menjadi yang utama dan pertama. Sisihkan, bukan sisakan. Jadi bukan dipakai untuk segala sesuatu dulu, baru sisanya untuk Tuhan.
Alkitab dalam Perjanjian Lama mencatat beberapa nama yang memberikan persembahan persepuluhan:
1. Abraham memberikan sepersepuluh dari penghasilannya kepada Melkisedek (Kejadian 14:17-20).
2. Yakub menjanjikan untuk mempersembahkan sepersepuluh dari semua yang dimilikinya kepada Allah (Kejadian 28:20-22).
3. Musa menetapkan persembahan persepuluhan sebagai hukum yang harus ditaati (Imamat 27:30-32 dan Maleakhi 3:8).
Akan tetapi, sebagian orang berpendapat bahwa persembahan persepuluhan ini bukanlah hal yang wajib dilakukan, karena dalam Perjanjian Baru pun tidak ada ayat yang menegaskan kewajiban memberi persepuluhan. Sekarang, bagaimana sikap kita sebaiknya?
Baiklah kita meneladani sikap Tuhan Yesus. Dalam hal persembahan, Tuhan Yesus tidak menekankan jumlah, tapi pada motivasi dan konsep yang mendasari persembahan itu. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan segalanya untuk menyelamatkan kita, layakkah kita menghitung-hitung besarnya persembahan yang kita berikan? Persembahan yang diberikan dengan kesungguhan hati, kerelaan, dan sukacita jauh lebih berharga di mata Tuhan, dibandingkan dengan jumlahnya.
Apapun bentuk persembahannya, termasuk persembahan sulung (persembahan yang pertama kali diberikan dari hasil usaha kita yang utama), seharusnya diberikan dengan motivasi yang benar semata-mata ungkapan syukur atas berkat yang diberikanNya kepada kita. Hal penting lainnya di balik persembahan persepuluhan adalah memberi persembahan kepada Tuhan harus menjadi yang utama dan pertama. Sisihkan, bukan sisakan. Jadi bukan dipakai untuk segala sesuatu dulu, baru sisanya untuk Tuhan.
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)
~mrt~