Budaya adalah karya pikiran manusia yang sering kali berkaitan erat dengan gereja. Budaya pun seringkali digunakan oleh gereja dan hamba Tuhan untuk menjangkau jiwa-jiwa yang haus akan firmanNya maupun jiwa-jiwa yang belum percaya. Namun hal yang tidak mungkin dipungkiri juga adalah fakta bahwa terkadang manusia lebih memegang adat istiadat lebih dari perintah Allah (Markus 7:1-13). Berbagai elemen dalam tata ibadah gereja pun tak lepas dari unsur budaya seperti lagu pujian dan liturgi itu sendiri.
Sebagai contoh adalah tepuk tangan dalam hal respon terhadap sebuah persembahan pujian. Tepuk tangan adalah sebuah hal yang netral dalam sebuah tata ibadah. Namun semua kembali kepada orang bertepuk tangan; apakah apresiasi diberikan kepada orang-orang yang memberikan pujian itu karena suara orang itu baik atau penampilannya memuaskan si pendengar ATAU apresiasi itu diberikan atas talenta yang telah Allah berikan kepada umatnya yang mampu menyentuh jiwa umat Allah lainnya dan berfungsi sebagai sesuatu yang dapat membantu umat Allah untuk lebih merasakan hadirat Allah.
Contoh lain adalah adanya gereja-gereja yang membawa nama suku tertentu. Gereja-gereja ini juga merupakan sarana yang digunakan untuk menjangkau orang-orang suku tersebut yang mungkin kesulitan dengan budaya dan bahasa Indonesia secara umum. Sekalipun seringkali dianggap mengkotak-kotakkan umat Tuhan, gereja-gereja ini adalah baik adanya karena alasan di atas, terutama untuk orang-orang berumur yang seringkali lebih menemui kesulitan dalam hal bahasa.
Dengan demikian kiranya kita semua dapat dengan bijak memohon hikmat Allah untuk menanggapi berbagai ragam budaya yang ada, khususnya budaya dalam kehidupan kita bergereja. Budaya seperti yang telah dikatakan tadi, adalah hal yang netral dan baik untuk digunakan sebagai sarana agar nama Tuhan dipermuliakan. Namun sebagai umat Tuhan yang berpegang hanya pada firmanNya, baiklah kita dapat merespon setiap budaya dengan dasar firman Allah. Tuhan memberkati.
Sebagai contoh adalah tepuk tangan dalam hal respon terhadap sebuah persembahan pujian. Tepuk tangan adalah sebuah hal yang netral dalam sebuah tata ibadah. Namun semua kembali kepada orang bertepuk tangan; apakah apresiasi diberikan kepada orang-orang yang memberikan pujian itu karena suara orang itu baik atau penampilannya memuaskan si pendengar ATAU apresiasi itu diberikan atas talenta yang telah Allah berikan kepada umatnya yang mampu menyentuh jiwa umat Allah lainnya dan berfungsi sebagai sesuatu yang dapat membantu umat Allah untuk lebih merasakan hadirat Allah.
Contoh lain adalah adanya gereja-gereja yang membawa nama suku tertentu. Gereja-gereja ini juga merupakan sarana yang digunakan untuk menjangkau orang-orang suku tersebut yang mungkin kesulitan dengan budaya dan bahasa Indonesia secara umum. Sekalipun seringkali dianggap mengkotak-kotakkan umat Tuhan, gereja-gereja ini adalah baik adanya karena alasan di atas, terutama untuk orang-orang berumur yang seringkali lebih menemui kesulitan dalam hal bahasa.
Dengan demikian kiranya kita semua dapat dengan bijak memohon hikmat Allah untuk menanggapi berbagai ragam budaya yang ada, khususnya budaya dalam kehidupan kita bergereja. Budaya seperti yang telah dikatakan tadi, adalah hal yang netral dan baik untuk digunakan sebagai sarana agar nama Tuhan dipermuliakan. Namun sebagai umat Tuhan yang berpegang hanya pada firmanNya, baiklah kita dapat merespon setiap budaya dengan dasar firman Allah. Tuhan memberkati.