Bekerja adalah hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Sejak kecil, manusia terus menerus dilatih untuk siap menghadapi suatu masa dalam hidupnya dimana ia harus bekerja untuk bertahan hidup. Ambillah contoh diri kita, bukankah sejak kecil kita selalu dinasehati untuk rajin belajar? Mengapa harus rajin belajar? Jawabnya tentu saja agar kita pintar. Lalu apa selanjutnya kalau kita sudah pintar? Tentu saja harapan orang tua adalah agar kita mudah mendapatkan kerja. Bahkan harapan yang ditanamkan orang tua kepada anaknya sering kali tidak berhenti sampai pada “mudah mendapat kerja”, melainkan sampai “bisa jadi orang kaya”.
Jadi, apa sebenarnya tujuan dari bekerja? Apakah sekedar untuk menjadi kaya atau menyibukkan diri? Tidak bisa dipungkiri, dunia saat ini selalu menilai seseorang dengan ukuran mammon (uang) dan itu sebabnya tidak heran kalau kita menempatkan uang sebagai tujuan kita bekerja dan siang malam kita memikirkan bagaimana cara memperoleh uang sebanyak mungkin. Namun, jika benar tujuan kita bekerja hanyalah mencari uang, maka kita telah mereduksi tujuan dari kerja itu sendiri.
Calvin pernah mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah. Dengan dasar ini maka kita sadar bahwa menjadikan mamon sebagai tuan (yang terutama dalam hidup kita) adalah salah karena itu berarti kita akan menggeser keutamaan Allah dari hidup kita dan ketika itu kita lakukan kita tidak akan memuliakan Dia. Tujuan hidup ini pun tidak terkecuali megejewantah ke dalam pekerjaan. Artinya, bagi anak-anak Tuhan bekerja bukan hanya bertujuan mengejar uang/materi, tetapi lebih jauh daripada itu tujuan bekerja harus dipahami sebagai sarana untuk mempermuliakan Tuhan.
Pekerjaan atau dalam bahasa Inggrisnya “Vocation” memang berasal dari bahasa Latin “Vocatio” yang berarti panggilan. Maka tidak heran bahwa pekerjaan memang seharusnya memiliki arti luhur yang dari Allah. Profesi kita dapat dimaknai sebagai panggilan dan setiap pekerjaan yang kita lakukan didalamnya sebagai pelayanan. Pengertian bahwa pekerjaan itu adalah panggilan akan menjadi dasar bagi anak-anak Tuhan mempermuliakan Dia.
Lalu pekerjaan yang seperti apa yang dapat memuliakan Tuhan? Pertanyaan ini mungkin terbersit ketika kita mendengar tentang pemikiran yang membedakan antara pekerjaan yang rohani dan yang sekuler. Sebenarnya, jika kita sadar bahwa pekerjaan yang kita lakukan adalah panggilan dari Allah sendiri, maka seharusnya kita tahu bahwa tidak ada pekerjaan yang rohani dan tidak ada yang sekuler. Semua pekerjaan yang menjadi panggilan Tuhan tentunya bernilai kudus (sacred). Tentu, kita jangan menarik ekstrim dengan mengatakan “pekerjaan” seperti perampok, pelacur dan hal negative lainnya adalah panggilan Allah juga. Hal negatif seperti itu bukanlah pekerjaan, melainkan hanya perbuatan dosa yang ditimbulkan keinginan manusia sendiri atau, justru perbuatan yang timbul karena si manusia tersebut tidak memiliki pekerjaan .
Berdasar pada pemahaman bahwa bekerja adalah panggilan Tuhan kepada anak-anakNya untuk memuliakan Dia, maka seharusnya kita juga melakukan aksi nyata untuk mewujudkan hal itu. Hal ini sangat diperlukan terutama kalau kita juga berbicara tentang fungsi anak-anak Tuhan sebagai garam dan terang di tengah dunia yang semakin rusak. Sebagaimana Kristus menjalankan tugasNya di dunia ini dalam jabatanNya sebagai Raja, Nabi, dan Imam maka hendaknya kita juga melakukan teladan ini ketika kita bekerja. Menjalankan peran ke-raja-an berarti melaksanakan fungsi pengaturan/penataan sehingga pekerjaan kita dapat dilakukan dengan baik, efisien dan hasilnya pun membawa sejahtera bagi orang lain. Peran kenabian berarti anak-anak Tuhan juga perlu meneruskan kehendak Tuhan dalam bidang pekerjaannya termasuk didalamnya melakukan tegoran jika ada tindakan dalam pekerjaan kita yang tidak sesuai kehendakNya. Melakukan peran keimaman berarti anak-anak Tuhan diajak untuk membawa orang-orang yang terlibat dan menikmati pekerjaannya bertemu dengan Allah dan pada akhirnya memuliakan Dia.
Akhirnya, ajakkan Paulus untuk menunaikan pekerjaan kita seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23) kiranya terus menggema dalam hidup kita, sehingga setiap panggilan Tuhan dalam bentuk pekerjaan kita dapat kita responi dengan suatu totalitas. Dan mari berdoa, biarlah totalitas yang kita tunjukkan itu dapat menggarami bidang pekerjaan yang kita lakukan dan akhirnya mengajak dunia ini mempermuliakan Dia.
Jadi, apa sebenarnya tujuan dari bekerja? Apakah sekedar untuk menjadi kaya atau menyibukkan diri? Tidak bisa dipungkiri, dunia saat ini selalu menilai seseorang dengan ukuran mammon (uang) dan itu sebabnya tidak heran kalau kita menempatkan uang sebagai tujuan kita bekerja dan siang malam kita memikirkan bagaimana cara memperoleh uang sebanyak mungkin. Namun, jika benar tujuan kita bekerja hanyalah mencari uang, maka kita telah mereduksi tujuan dari kerja itu sendiri.
Calvin pernah mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah. Dengan dasar ini maka kita sadar bahwa menjadikan mamon sebagai tuan (yang terutama dalam hidup kita) adalah salah karena itu berarti kita akan menggeser keutamaan Allah dari hidup kita dan ketika itu kita lakukan kita tidak akan memuliakan Dia. Tujuan hidup ini pun tidak terkecuali megejewantah ke dalam pekerjaan. Artinya, bagi anak-anak Tuhan bekerja bukan hanya bertujuan mengejar uang/materi, tetapi lebih jauh daripada itu tujuan bekerja harus dipahami sebagai sarana untuk mempermuliakan Tuhan.
Pekerjaan atau dalam bahasa Inggrisnya “Vocation” memang berasal dari bahasa Latin “Vocatio” yang berarti panggilan. Maka tidak heran bahwa pekerjaan memang seharusnya memiliki arti luhur yang dari Allah. Profesi kita dapat dimaknai sebagai panggilan dan setiap pekerjaan yang kita lakukan didalamnya sebagai pelayanan. Pengertian bahwa pekerjaan itu adalah panggilan akan menjadi dasar bagi anak-anak Tuhan mempermuliakan Dia.
Lalu pekerjaan yang seperti apa yang dapat memuliakan Tuhan? Pertanyaan ini mungkin terbersit ketika kita mendengar tentang pemikiran yang membedakan antara pekerjaan yang rohani dan yang sekuler. Sebenarnya, jika kita sadar bahwa pekerjaan yang kita lakukan adalah panggilan dari Allah sendiri, maka seharusnya kita tahu bahwa tidak ada pekerjaan yang rohani dan tidak ada yang sekuler. Semua pekerjaan yang menjadi panggilan Tuhan tentunya bernilai kudus (sacred). Tentu, kita jangan menarik ekstrim dengan mengatakan “pekerjaan” seperti perampok, pelacur dan hal negative lainnya adalah panggilan Allah juga. Hal negatif seperti itu bukanlah pekerjaan, melainkan hanya perbuatan dosa yang ditimbulkan keinginan manusia sendiri atau, justru perbuatan yang timbul karena si manusia tersebut tidak memiliki pekerjaan .
Berdasar pada pemahaman bahwa bekerja adalah panggilan Tuhan kepada anak-anakNya untuk memuliakan Dia, maka seharusnya kita juga melakukan aksi nyata untuk mewujudkan hal itu. Hal ini sangat diperlukan terutama kalau kita juga berbicara tentang fungsi anak-anak Tuhan sebagai garam dan terang di tengah dunia yang semakin rusak. Sebagaimana Kristus menjalankan tugasNya di dunia ini dalam jabatanNya sebagai Raja, Nabi, dan Imam maka hendaknya kita juga melakukan teladan ini ketika kita bekerja. Menjalankan peran ke-raja-an berarti melaksanakan fungsi pengaturan/penataan sehingga pekerjaan kita dapat dilakukan dengan baik, efisien dan hasilnya pun membawa sejahtera bagi orang lain. Peran kenabian berarti anak-anak Tuhan juga perlu meneruskan kehendak Tuhan dalam bidang pekerjaannya termasuk didalamnya melakukan tegoran jika ada tindakan dalam pekerjaan kita yang tidak sesuai kehendakNya. Melakukan peran keimaman berarti anak-anak Tuhan diajak untuk membawa orang-orang yang terlibat dan menikmati pekerjaannya bertemu dengan Allah dan pada akhirnya memuliakan Dia.
Akhirnya, ajakkan Paulus untuk menunaikan pekerjaan kita seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23) kiranya terus menggema dalam hidup kita, sehingga setiap panggilan Tuhan dalam bentuk pekerjaan kita dapat kita responi dengan suatu totalitas. Dan mari berdoa, biarlah totalitas yang kita tunjukkan itu dapat menggarami bidang pekerjaan yang kita lakukan dan akhirnya mengajak dunia ini mempermuliakan Dia.