(Yesaya 55:6-11)
"Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" Artinya, Tuhan harus dicari. Dengan segenap hati. Tetapi belum tentu ketemu. Kita harus berseru, memanggil nama-Nya. Juga dengan segenap hati. Tetapi tidak selalu begitu kita panggil, Ia segera datang, dengan buru-buru.
Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui! Artinya, Tuhanlah yang menentukan syarat-syaratnya: kapan Dia berkenan, kapan tidak. Berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat! Tuhan juga yang menentukan hasil akhirnya: apakah Dia mau mendekat, atau Dia justru menjauh.
Sementara orang berkata,"Dengan berdoa semuanya akan beres." Betul! Tetapi doanya yang mesti beres! Jangan pikir asal doa, lalu otomatis semua beres! Doa itu bukan semacam remote control, alat untuk mengendalikan Allah dari jauh. Tidak! Allah mau dikendalikan? Kualat kita!
Doa kita yang mesti beres lebih dulu. Maksud saya: doa kita itu mesti benar dulu, baru kita dapat mengharapkan hasil dari doa-doa kita.
Yang pertama, doa bukan untuk mengatur atau mengendalikan Allah. Sebaliknyalah: doa adalah sebuah kesaksian. Kesaksian bahwa kita siap diatur oleh Allah, bahwa kita bersedia dikendalikan oleh Allah. Karena itu kita berlutut, kita menutup mata, kita menundukkan kepala, kita melipat tangan. Ini semua adalah sikap orang yang dengan ikhlas mengatakan: Bapa kami yang di sorga, dipermuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, apa pun kehendak-Mu itu. Di sini maupun di mana-mana, kini ataupun kapan saja!
Yang kedua, kembali ke Yesaya 55:7-8. Apa artinya? Artinya, doa itu jangan “lain di mulut, lain di hati”. Apa yang kita doakan hendaknya itulah yang kita lakukan. Itulah sebabnya doa kita selalu diakhiri dengan kata, “Amin”. Artinya, Ya sesungguhnyalah demikian. Kita merekonfirmasikan apa yang baru saja kita katakana. Bahwa dengan sadar, dengan sunggu-sungguh kita mengatakannya. Dan apa cara terbaik untuk meyakinkan bahwa kita memang bersungguh-sungguh dengan apa yang kita doakan? Melalui perbuatan kita! (Yesaya 55:6-7)
Tuhan tidak selamanya berkenan ditemui dan tidak selalu dekat. Istilah pemazmur: "Ia menyembunyikan wajah-Nya." Namun begitu, satu hal yang ingin firman Tuhan tegaskan, yaitu: apa pun dan bagimanapun, Tuhan selalu mendengar dan menjawab doa-doa kita!
Perhatikan! Saya tidak mengatakan bahwa Ia selalu mengabulkan apa yang kita minta, atau selalu menuruti apa yang kita maui. Yang saya katakan adalah: Ia selalu mendengarkan doa-doa kita. Tidak ada doa yang di-cuekin. Apalagi kalau doa itu kita persembahkan dengan hati yang hancur! Ia bukan cuma mendengarkan. Ia juga mau menangis bersama-sama dengan kita, dan menjawab kita!
Tetapi mengenai bagaimana Ia menjawab, ada empat hal yang perlu saya sampaikan. Ada empat kemungkinan Allah menjawab doa-doa kita. Dan keempat-empatnya itu adalah untuk kebaikan kita. Apa yang Allah anggap paling baik untuk kita.
Di sini masalahnya. Karena apa yang Allah anggap baik, belum tentu "klop" dengan apa yang kita anggap baik. Kita ingin krisis moneter ini segera berlalu; tetapi agaknya Tuhan berpendapat lain. Ia ingin kita benar-benar kapok dulu, baru ditolong. Jadi, selama belum kapok, atau malah mengeraskan hati, maka Tuhan, seperti pada zaman Musa, tidak segan-segan menjatuhkan 10 tulah atas Firaun dan bangsa Mesir, makin lama tulah itu makin hebat!
1. Allah mengabulkan doa kita, tetapi dengan syarat.
Apa syaratnya? Dalam 1 Yohanes 3:21-22 disebutkan 3 hal:
a. “Hati kita tidak menuduh kita.” Artinya, hati nurani kita bersih. Kita tidak menyembunyikan maksud-maksud kotor dari hadapan Allah. Kita berdiri telanjang di hadapan-Nya. Kita berdoa, karena kita memang rindu berdoa. Rindu bertemu dengan Dia. Rindu berkomunikasi dengan Dia. Bukan karena kewajiban. Bukan untuk pameran. Bukan karena kebetulan sedang butuh. Hanya “jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah.”
b. “Menuruti segala perintah-Nya.” Ini sudah saya jelaskan panjang lebar: kita yang harus menuruti segala perintah-Nya; bukan Dia yang harus menuruti perintah kita. Di sinilah kita harus membereskan doa kita: saring dan seleksi dulu apa yang mau kita ucapkan dan minta dalam doa kita: apakah kita minta sesuatu yang jelas-jelas tidak sesuai perintah-Nya. Misalnya, Tuhan memerintahkan agar kita mengasihi sesama kita. Bagaimana mungkin kita berdoa meluapkan kebencian kita dan minta agar Tuhan mencelakakan orang yang kita benci itu? Anda mau doa Anda dikabulkan oleh Tuhan? Mintalah hal-hal yang sesuai dengan perintah-Nya!
c. “Berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Begitu “Amin” dan doa Anda selesai, lanjutkanlah doa Anda itu dalam perbuatan Anda. Perbuatan yang berkenan kepada Allah. Perbuatan apa itu? Satu, perbuatan yang memuliakan Allah. Dua, yang mendatangkan berkat bagi sesama. Tiga, yang mendatangkan sejahtera di hati.
2. Allah mengabulkan doa kita, tetapi tidak sekarang.
Pengkhotbah berkata, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya”(3:1). Allah kita adalah Allah yang menciptakan waktu. Oleh karena itu, Ia tidak dibatasi oleh waktu. Tidak dikuasai oleh waktu. Namun, ini tidak berarti Ia adalah Allah yang acak-acakan atau Allah yang slebor. Yesaya 55:8 mengatakan, bahwa “…rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku…” Benar! Tetapi ini tidak berarti, bahwa Ia tidak punya jadwal. Malah kita harus yakin, bahwa jadwal Allah itulah yang paling tepat. Selalu tepat. Tidak pernah terlalu cepat, tidak pernah terlalu lambat.
Justru inilah yang acap kali menjadi persoalan kita. Jadwal Allah sering tidak sesuai dengan keinginan kita. Kalau tidak terlalu cepat, ya terlalu lambat. Bila perasaan kita sedang senang, kita ingin waktu berjalan lambat. Sebaliknya bila perasaan kita tidak senang, kita ingin waktu berlari cepat. Oleh karena itu, kita sering tidak sabar menantikan jadwal Tuhan. Buah yang belum matang pun, kita karbit. Untuk apa? Untuk memenuhi jadwal kita. Kehendak Tuhan tidak bisa dikarbit. Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu tetap hati dan tepat waktu. Doa Anda belum dikabulkan? Tunggu! Sampai tiba waktunya!
3. Allah mengabulkan doa kita, tetapi tidak persis sama dengan yang kita minta.
Sekali lagi, firman Tuhan berkata,”…rancangan-Ku bukan rancanganmu; dan jalanmu bukan jalan-Ku…” Pandangan kita terbatas, karena itu sebenarnya kita tidak tahu apa yang terbaik bagi kita. Sebagai contoh kisah berikut ini.
Kisah ini terjadi di sebuah perkampungan nelayan. Gereja di tempat itu mempunyai hajat membuat kebaktian yang amat penting: mengumpulkan persembahan tahunan. Karena pada waktu itu musim hujan, maka sudah sejak beberapa bulan sebelumnya, dari minggu ke minggu pendeta di situ mengajak seluruh anggota jemaat untuk berdoa agar pas pada hari itu tidak turun hujan. Sedikit pengunjung berarti pendapatan pun sedikit. Tetapi apa yang terjadi? Pada hari itu, hujan turun dengan lebatnya, disertai angin kencang, dari pagi sampai petang. Pendeta itu lemas. Pasti kebaktian akan sepi. Mana ada orang ke gereja di tengan cuaca seperti itu? Tanpa semangat ia pergi ke gereja. Tetapi ternyata, gedung gereja justru penuh sesak. Apa gerangan yang terjadi? Hujan yang amat lebat itu membuat para nelayan tidak bisa ke laut, sehingga mereka bisa ke gereja.
4. Tuhan tidak mengabulkan doa kita, demi kebaikan kita.
Ibrani 12:10-11 berkata,
“…tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu Ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya.”
Melalui ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa Tuhan tidak selalu memberikan yang enak kepada kita. Kadang-kadang doa kita tidak dijawab; namun itu tidak berarti Dia tidak peduli kepada kita. Dia sangat peduli dengan kita. Oleh karena itu, baiklah kita yakin bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita.
Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui! Artinya, Tuhanlah yang menentukan syarat-syaratnya: kapan Dia berkenan, kapan tidak. Berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat! Tuhan juga yang menentukan hasil akhirnya: apakah Dia mau mendekat, atau Dia justru menjauh.
Sementara orang berkata,"Dengan berdoa semuanya akan beres." Betul! Tetapi doanya yang mesti beres! Jangan pikir asal doa, lalu otomatis semua beres! Doa itu bukan semacam remote control, alat untuk mengendalikan Allah dari jauh. Tidak! Allah mau dikendalikan? Kualat kita!
Doa kita yang mesti beres lebih dulu. Maksud saya: doa kita itu mesti benar dulu, baru kita dapat mengharapkan hasil dari doa-doa kita.
Yang pertama, doa bukan untuk mengatur atau mengendalikan Allah. Sebaliknyalah: doa adalah sebuah kesaksian. Kesaksian bahwa kita siap diatur oleh Allah, bahwa kita bersedia dikendalikan oleh Allah. Karena itu kita berlutut, kita menutup mata, kita menundukkan kepala, kita melipat tangan. Ini semua adalah sikap orang yang dengan ikhlas mengatakan: Bapa kami yang di sorga, dipermuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, apa pun kehendak-Mu itu. Di sini maupun di mana-mana, kini ataupun kapan saja!
Yang kedua, kembali ke Yesaya 55:7-8. Apa artinya? Artinya, doa itu jangan “lain di mulut, lain di hati”. Apa yang kita doakan hendaknya itulah yang kita lakukan. Itulah sebabnya doa kita selalu diakhiri dengan kata, “Amin”. Artinya, Ya sesungguhnyalah demikian. Kita merekonfirmasikan apa yang baru saja kita katakana. Bahwa dengan sadar, dengan sunggu-sungguh kita mengatakannya. Dan apa cara terbaik untuk meyakinkan bahwa kita memang bersungguh-sungguh dengan apa yang kita doakan? Melalui perbuatan kita! (Yesaya 55:6-7)
Tuhan tidak selamanya berkenan ditemui dan tidak selalu dekat. Istilah pemazmur: "Ia menyembunyikan wajah-Nya." Namun begitu, satu hal yang ingin firman Tuhan tegaskan, yaitu: apa pun dan bagimanapun, Tuhan selalu mendengar dan menjawab doa-doa kita!
Perhatikan! Saya tidak mengatakan bahwa Ia selalu mengabulkan apa yang kita minta, atau selalu menuruti apa yang kita maui. Yang saya katakan adalah: Ia selalu mendengarkan doa-doa kita. Tidak ada doa yang di-cuekin. Apalagi kalau doa itu kita persembahkan dengan hati yang hancur! Ia bukan cuma mendengarkan. Ia juga mau menangis bersama-sama dengan kita, dan menjawab kita!
Tetapi mengenai bagaimana Ia menjawab, ada empat hal yang perlu saya sampaikan. Ada empat kemungkinan Allah menjawab doa-doa kita. Dan keempat-empatnya itu adalah untuk kebaikan kita. Apa yang Allah anggap paling baik untuk kita.
Di sini masalahnya. Karena apa yang Allah anggap baik, belum tentu "klop" dengan apa yang kita anggap baik. Kita ingin krisis moneter ini segera berlalu; tetapi agaknya Tuhan berpendapat lain. Ia ingin kita benar-benar kapok dulu, baru ditolong. Jadi, selama belum kapok, atau malah mengeraskan hati, maka Tuhan, seperti pada zaman Musa, tidak segan-segan menjatuhkan 10 tulah atas Firaun dan bangsa Mesir, makin lama tulah itu makin hebat!
1. Allah mengabulkan doa kita, tetapi dengan syarat.
Apa syaratnya? Dalam 1 Yohanes 3:21-22 disebutkan 3 hal:
a. “Hati kita tidak menuduh kita.” Artinya, hati nurani kita bersih. Kita tidak menyembunyikan maksud-maksud kotor dari hadapan Allah. Kita berdiri telanjang di hadapan-Nya. Kita berdoa, karena kita memang rindu berdoa. Rindu bertemu dengan Dia. Rindu berkomunikasi dengan Dia. Bukan karena kewajiban. Bukan untuk pameran. Bukan karena kebetulan sedang butuh. Hanya “jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah.”
b. “Menuruti segala perintah-Nya.” Ini sudah saya jelaskan panjang lebar: kita yang harus menuruti segala perintah-Nya; bukan Dia yang harus menuruti perintah kita. Di sinilah kita harus membereskan doa kita: saring dan seleksi dulu apa yang mau kita ucapkan dan minta dalam doa kita: apakah kita minta sesuatu yang jelas-jelas tidak sesuai perintah-Nya. Misalnya, Tuhan memerintahkan agar kita mengasihi sesama kita. Bagaimana mungkin kita berdoa meluapkan kebencian kita dan minta agar Tuhan mencelakakan orang yang kita benci itu? Anda mau doa Anda dikabulkan oleh Tuhan? Mintalah hal-hal yang sesuai dengan perintah-Nya!
c. “Berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Begitu “Amin” dan doa Anda selesai, lanjutkanlah doa Anda itu dalam perbuatan Anda. Perbuatan yang berkenan kepada Allah. Perbuatan apa itu? Satu, perbuatan yang memuliakan Allah. Dua, yang mendatangkan berkat bagi sesama. Tiga, yang mendatangkan sejahtera di hati.
2. Allah mengabulkan doa kita, tetapi tidak sekarang.
Pengkhotbah berkata, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya”(3:1). Allah kita adalah Allah yang menciptakan waktu. Oleh karena itu, Ia tidak dibatasi oleh waktu. Tidak dikuasai oleh waktu. Namun, ini tidak berarti Ia adalah Allah yang acak-acakan atau Allah yang slebor. Yesaya 55:8 mengatakan, bahwa “…rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku…” Benar! Tetapi ini tidak berarti, bahwa Ia tidak punya jadwal. Malah kita harus yakin, bahwa jadwal Allah itulah yang paling tepat. Selalu tepat. Tidak pernah terlalu cepat, tidak pernah terlalu lambat.
Justru inilah yang acap kali menjadi persoalan kita. Jadwal Allah sering tidak sesuai dengan keinginan kita. Kalau tidak terlalu cepat, ya terlalu lambat. Bila perasaan kita sedang senang, kita ingin waktu berjalan lambat. Sebaliknya bila perasaan kita tidak senang, kita ingin waktu berlari cepat. Oleh karena itu, kita sering tidak sabar menantikan jadwal Tuhan. Buah yang belum matang pun, kita karbit. Untuk apa? Untuk memenuhi jadwal kita. Kehendak Tuhan tidak bisa dikarbit. Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu tetap hati dan tepat waktu. Doa Anda belum dikabulkan? Tunggu! Sampai tiba waktunya!
3. Allah mengabulkan doa kita, tetapi tidak persis sama dengan yang kita minta.
Sekali lagi, firman Tuhan berkata,”…rancangan-Ku bukan rancanganmu; dan jalanmu bukan jalan-Ku…” Pandangan kita terbatas, karena itu sebenarnya kita tidak tahu apa yang terbaik bagi kita. Sebagai contoh kisah berikut ini.
Kisah ini terjadi di sebuah perkampungan nelayan. Gereja di tempat itu mempunyai hajat membuat kebaktian yang amat penting: mengumpulkan persembahan tahunan. Karena pada waktu itu musim hujan, maka sudah sejak beberapa bulan sebelumnya, dari minggu ke minggu pendeta di situ mengajak seluruh anggota jemaat untuk berdoa agar pas pada hari itu tidak turun hujan. Sedikit pengunjung berarti pendapatan pun sedikit. Tetapi apa yang terjadi? Pada hari itu, hujan turun dengan lebatnya, disertai angin kencang, dari pagi sampai petang. Pendeta itu lemas. Pasti kebaktian akan sepi. Mana ada orang ke gereja di tengan cuaca seperti itu? Tanpa semangat ia pergi ke gereja. Tetapi ternyata, gedung gereja justru penuh sesak. Apa gerangan yang terjadi? Hujan yang amat lebat itu membuat para nelayan tidak bisa ke laut, sehingga mereka bisa ke gereja.
4. Tuhan tidak mengabulkan doa kita, demi kebaikan kita.
Ibrani 12:10-11 berkata,
“…tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu Ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya.”
Melalui ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa Tuhan tidak selalu memberikan yang enak kepada kita. Kadang-kadang doa kita tidak dijawab; namun itu tidak berarti Dia tidak peduli kepada kita. Dia sangat peduli dengan kita. Oleh karena itu, baiklah kita yakin bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita.
Oleh: Eka Darmaputera
Tegak, Sebab Didirikan di Atas Batu: Khotbah-khotbah tentang Bagaimana Bertahan dalam Iman di Tengah Tantangan
Tegak, Sebab Didirikan di Atas Batu: Khotbah-khotbah tentang Bagaimana Bertahan dalam Iman di Tengah Tantangan